Konser dan Talkshow Terebang
Rampak dan Terebang Gembrung Gerakan Seni Tradisional (GESIT) Dewan Kesenian
Banten (DKB) dan Bank Indonesia (BI) 28 Januari 2018 Alun-alun Barat Kota
Serang, Banten oleh Sanggar Saung Ki Laksa dan Sanggar Mayangsari
Sinopsis
Berbicara tentang musik
adalah juga berbicara tentang upaya manusia menerjemahkan keberadaan mereka.
Secara historis dan kultural, musik dan agama ada bersama dengan kehadiran
manusia itu sendiri dalam kehidupan. Manusia, dalam kehidupan dan keseharian
mereka, senantiasa melakukan tafsir artistik dan estetik dalam rangka
mengafirmasi dan melegitimasi kebutuhan badani dan rohani mereka, termasuk di
dalamnya menjadi media untuk mencapai kesalehan dan kedekatan dengan yang Maha
Kuasa.
Dulu kala, musik tak
terpisahkan dengan praktik-praktik dan ritus-ritus keagamaan, dipraktikkan dan
dipentaskan dalam upacara-upacara dan ritual-ritual keagamaan. Secara historis
dan kultural, Islam sendiri memberikan ‘makna’ dan ‘tafsir’ baru bagi musik,
diabdikan untuk tujuan-tujuan sakral dan maksud-maksud yang sifatnya religius,
seperti tembang-tembang yang menyenandungkan sholawat dan pujian, dengan
iringan instrumen-instrumen musik tertentu.
Hingga, seperti kita kenal
sekarang, Islam datang dan Bangsa Persia membuatnya sebagai gerakan intelektual
dan artistik, dan melahirkan Qiroah Shab’ah. Memang, haruslah diakui pula,
dalam dunia dan sejarah Islam, sikap dan pandangan terhadap musik memiliki
ragam varian, dari mulai yang ekstrem hingga yang moderat. Kelompok ekstrem ‘mengharamkan’
musik, sedangkan yang moderat terbagi antara membolehkan dan menganggapnya
sebagai makruh.
Meski senantiasa berada
dalam polemik, perkembangan musik dalam sejarah Islam tidak pernah mati, malah
memberikan warisan dan pengaruh bagi musik dunia, semisal kepada Eropa ketika
Islam hadir di Peninsula Iberica.
Dunia Islam pun dikenal
sebagai penemu sejumlah instrumen musik, semisal Gitar dan sejumlah instrumen
musik petik (senar) lainnya. Tentu juga instrumen-instrumen perkusi. Bahkan
Dunia Islam pula yang mempraktikkan musik sebagai terapi dan pengobatan,
seperti yang dilakukan oleh Al-Kindi, Ibn Sina, dan Al-Farabi. Nama filsuf yang
terakhir dikenal sebagai praktisi dan teoritikus musik dunia, yang risalah-risalahnya
tentang musik menginspirasi para sarjana dan para komposer dunia, terutama
sekali di Dunia Eropa.
Di Indonesia sendiri, yang
ketika hadirnya Islam menjadi semacam terminal perlintasan ragam budaya dan
adaptasinya dengan khazanah lokal Indonesia, telah melahirkan jenis dan gagrak
tersendiri, semacam hibrida, termasuk musik-musik Religius Islam di Banten. Teks: Sulaiman Djaya. Fotografer: Indra Kesuma.
Sanggar Mayangsari.
Saung Ki Laksa.
Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Banten: Purwo Rubiono.
Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Banten: Sulaiman Djaya.
MC dan Fotomodel: Mariska Damayanti bersama Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Banten: Sulaiman Djaya.
Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Banten: Sulaiman Djaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar